Jumat, 08 Maret 2013

Semua karena pertandingan sepakbola..

0 komentar
Rumah kami berada di dekat Stadion Olahraga Petrokimia Gresik. Ada enak, dan gak enaknya. Enaknya, mau olahraga atau melihat event-event tertentu, dekat banget. Gak enaknya, setiap ada event, jalanan jadi macet. Apalagi kalo ada pertandingan sepakbola. Wuih..lebih heboh lagi. Dan karena pertandingan sepakbola biasanya diselenggarakan sore, saya cukup merasa terganggu saat menjemput Faiq dan Eza dari sekolah. Why? Begitu keluar komplek perumahan, saya langsung disambut parade motor. Mereka ini kan senengnya bergerombol dan menguasai jalan.  Dengan suara knalpot yang meraung-raung pula.  Kalau diperhatikan, mayoritas mereka masih muda-muda banget. Boncengan 3, tanpa helm, tanpa peduli rambu lalu lintas. Akibatnya saya dan pengguna jalan lain harus rela menjalankan kendaraan dengan speed minimum. Yah, kalau sudah begini, yang bisa dilakukan cuma tarik napas panjang untuk memompa kesabaran.  

Begitu pula yang terjadi kemaren sore. "Aduh, ada pertandingan bola lagi," batin saya. Saya tidak tahu kesebelasan mana yang bertanding, yang jelas kemacetan lebih parah dari biasanya. Massa terlihat lebih banyak. Pulangnya, saya memilih lewat jalan lain, meskipun harus memutar. Cari aman dan nyaman aja deh. Dan.. sesampenya di rumah sayapun  lupa dengan hiruk pikuk sepakbola. Biarpun sesekali terdengar tiupan  terompet khas supporter bola. 

Kebetulan Efan -si sulung- kemaren pergi ke Malang untuk acara studi ekskursi. Bersama rombongan sekolahnya (SLTA), mereka pergi dengan mengendarai 6 buah bus. Menurut jadwal, harusnya mereka sudah sampai sekitar pukul 21.00. Saya sudah pesan ke Efan untuk berkirim sms waktu busnya keluar pintu tol. Maksudnya biar begitu bus nyampe, saya sudah siap di lokasi penjemputan. Ketika pukul 21.00 tidak ada kabar, sayapun menanyakan di mana posisinya saat itu. Dia bilang, "keluar tol Waru, jalanan macet". -Dari Waru ke Gresik, biasa ditempuh dalam waktu kurang dari 1 jam-. Ok, saya putuskan untuk menunggu sambil menahan kantuk. Sementara ayah merebahkan badan di kamar dengan pesan,"Kalo Efan sms, bangunin ayah ya"
Waktu terus berjalan. Jarum jam dinding menunjukkan pukul 23.00, Efan belum sms. Saya coba telfon, tidak diangkat. Hati  mulai bertanya-tanya, ada apa gerangan. 
Pukul 24.00 lebih, ada pesan masuk, dari Efan. Dia kasih kabar bahwa bus belum bergerak, gara-gara bola. 
Ayah yang sudah bangun langsung nyalain smart phonenya, dengerin siaran streaming sebuah stasiun radio. Olala.....

Ternyata telah terjadi huru hara di luar sana*lebay mode on*. Baru saya ngeh, ternyata yang bertanding bola sore itu adalah Persegres menjamu Arema *cerita lengkapnya pasti sudah tayang di TV dan koran hari ini*. Buntutnya, malam itu ada sweeping kendaraan dengan plat nomer tertentu, dan hasilnya sebuah motor berhasil dibakar massa. Di tempat lain, sebuah truk sampah milik pemkot Surabaya, dan sebuah truk lain yang sedang melintas juga dibakar. Ada yang melempari rumah warga, merusak fasilitas umum. Tol pun lumpuh. Begitu banyak kendaraan yang terjebak di sana hingga 5 jam. Di antaranya terselip ambulan, dan bus yang ditumpangi Efan. 
Ya Allah...hati ini merasa miris, geram, marah... Saya "betul-betul amat sangat" tidak bisa memahami, apa sih  yang terlintas di benak para pelaku kejadian di atas. Kok bisa ya? Apa mereka sama sekali tidak berpikir bahwa yang mereka lakukan,telah merugikan begitu banyak orang. Begitu banyak kepentingan. 

Ini bukan kejadian pertama. Sepertinya, pasca banyak pertandingan bola, timbul aksi-aksi serupa. Sebuah tanya muncul di kepala saya yang notabene adalah seorang ibu, yang tidak paham tentang persepak bolaan. Jika...kejadian serupa seringkali berulang, kenapa masih diselenggarakan? Mohon maaf buat para penggemar bola dan pihak-pihak terkait. Bukannya saya tidak mendukung olahraga. Saya hanya berpikir apakah itu sepadan dengan keresahan yang ditimbulkan?

Kembali ke Efan, pukul 00.30 dia berkirim pesan. "Sudah jalan bu, lancar", begitu bunyinya. Dan satu jam berikutnya, dia menemui kami -yang menunggu bersama wali murid lain- di lapangan dekat sekolahnya. AlhamdulilLah..
Sssstttt...saya baru bisa memejamkan mata sekitar pukul 03.00, 90 menit sebelum subuh..



Continue reading ...

Rabu, 06 Maret 2013

Mom Ojeker

0 komentar
Seperti biasa, pagi tadi saya mengantar Faiq dan Eza berangkat sekolah. Untuk mengarungi*hehe..lebay deh*  jarak sekitar 5km itu, saya lebih suka pake motor. Yup..sepeda motor matik tepatnya. Kenapa di saat teman-teman lebih suka naik mobil saya justru bermotor ria? Padahal, jelas-jelas lebih lebih nyaman naik mobil. Gak kena asap knalpot yang bikin hidung jadi gatel sampe bersin-bersin. Adem pula...
Here is the reason :
Waktu berangkat sekolah adalah jam sibuk dimana jalanan dipadati aneka kendaraan. Hampir semua tergesa-gesa. Baik yang menuju tempat  kerja, maupun sekolah. Dan bisa dipastikan kepadatan ini akhirnya menciptakan macet serta ruwet. Tidak hanya di jalan raya... di area parkir sekolah juga. 

Kalo naik mobil.. kebayang gak, gimana betenya pas lagi ngejar waktu, sementara kendaraan kita tak berkutik. Maju tak bisa, nyalip pun gak mungkin. Ditambah kicauan anak-anak, "waduh, kalo telat, bakal disuruh ke kantor nih". Belum lagi bunyi klakson dari kendaraan di belakang yang terus-terusan di pencet. Huft..kadang suka bingung juga. Maksud mereka nge-klakson tuh apa sih? Apa dikiranya kita sengaja berhenti buat menikmati suasana macet kali ya. Pan kita juga pengen buru-buru. 

Nah, laen ceritanya kalo naik motor. Di atas bodi rampingnya, saya bisa meliuk-liuk di sela mobil-mobil yang merayap *dan kadang mendekam* itu. "Berhasil! berhasil! horeee!"   begitu hati saya bersorak tiap kali menyalip. Walhasil...saya bisa sampe sekolah dengan lebih cepat. Dan, anak-anak tidak perlu berurusan dengan guru piket di kantor. Tapi harap dicatat ya, biarpun meliuk-liuk begitu, saya tetap tertib berlalu lintas lho. 

Ngomong-ngomong soal tertib berlalu lintas, kayaknya banyak yang masih kacau deh. Sering lihat kan? Pas lampu merah nyala, eh masih nerobos juga. Atau tiba-tiba belok motong jalan tanpa kasih tanda. Kita sesak napas, dianya ngacir tanpa dosa *Jangan-jangan mereka gak ngeh kalo tiap kendaraan dibekali lampu sein*. Pernah gara-gara kasus serupa, saya harus ngerem mendadak, sampe Eza  terpental kejedot dashboard. Akibatnya, mulut dia jadi manyun. 
Ada lagi, sudah nyalain lampu sein sih, tapi nggak dimatiin. Kendaraan di belakangnya kan jadi bingung. Belum lagi motor yang jalannya zig zag. Atau yang lebih parah, mengendara motor sambil sms-an. Haduuuhhh.. Nantang bahaya banget deh. 

Suka kepikiran.. gimana ya caranya bikin orang sadar. Bahwa ketidak tertiban berlalulintas itu , selain membahayakan diri sendiri, juga merugikan orang lain. Bahwa itu bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk kedzoliman.
Hmmm..kalau harus menyadarkan orang lain, kayaknya sulit ya. Mungkin akan lebih mudah kalau kita mulai dari lingkungan atau keluarga kita dulu. Sebagai orangtua kita bisa mulai  menanamkan kesadaran dan aturan lalu lintas yang benar kepada anak-anak sejak dini. Dengan memberikan contoh yang baik, semoga -ketika tiba saatnya mereka berkendara kelak- mereka akan mengingatnya, dan menjadi pengendara yang tertib dan santun.

Itu cerita saya...satu dari sekian banyak mom ojekers. Ibu yang berprofesi sebagai tukang ojek buat anak-anaknya. Lantas..apakah saya juga masih ngojek saat menjemput sekolah pukul 15.30? Hehe...karena buat pulang gak perlu terburu-buru, kayaknya enakan pake mobil deh..
Continue reading ...
 

Copyright © arie widayanti Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger