Selasa, 14 Juli 2015

Bahaya di balik santunan

0 komentar

sumber : google


Bulan Ramadhan adalah bulan istimewa. Kaum muslim pasti berusaha memanfaatkan momen spesial ini untuk beribadah dan beramal. Salah satunya adalah dengan cara menyantuni anak yatim dan kaum dhuafa, yang memang sangat dianjurkan dalam Islam. 

Maka..laris manislah para adik-adik dari panti asuhan ataupun binaan lembaga amil zakat ini. Jadwal menghadiri undangan santunan, do'a bersama anak yatim, atau berbuka puasa pun padat merayap.
Dalam acara tersebut, setelah berdo'a merekapun mendapatkan aneka bingkisan, yang di akhiri dengan sesi foto bersama. Tak jarang  yang lantas menjadi status baru si penyantun di media sosial.
Sekilas, nampaknya mereka senang..pihak penyantun juga senang karena merasa telah mengamalkan anjuran agama. Acarapun selesai..

Benarkah selesai sampai di sini?..
Mari kita  kaji lebih jauh..

Pernahkah kita bertanya, bagaimana perasaan adik-adik ini..ketika  duduk dalam barisan penerima santunan, di depan para undangan yang memandang  dengan penuh belas kasihan. 
Apalagi terkadang mereka harus mengenakan pakaian seragam yang semakin menegaskan posisi mereka dalam acara tersebut.
Apakah mereka bahagia, nyaman..atau jangan-jangan itu membuat mereka harus menekan rasa malu, yang sekaligus menggembungkan rasa rendah diri?
Apakah mereka tidak merasa menjadi komoditas ataupun pelengkap penderita dari sebuah acara yang sebenarnya bertujuan mulia?
Adakah hal seperti ini akan membawa dampak bagi perkembangan psikologis dan karakter mereka?


Dalam acara-acara santunan di mana saya menjadi salah satu panitia, beberapa narasumber menyatakan, bahwa adik-adik binaan ini nampak tidak memiliki motivasi kuat untuk maju. Mereka tidak punya mimpi untuk hidup lebih baik.
Beberapa teman, termasuk saya sendiri.. juga mengamini hal itu. Pengalaman bekerjasama dengan adik-adik yang sudah menjelang usia dewasa, sulit mengajak mereka menyusun mimpi, kemudian bekerja keras untuk mencapainya. 
Mereka tidak mampu menghadapi tantangan dan target. Terlalu mudah menyerah.

Saking penasarannya..kamipun mencoba berdialog dengan mereka. Mencari latar belakang yang kemungkinan punya andil dalam pembentukan karakter ini. Dan ternyata..kesimpulannya adalah..mereka memang terbiasa mendapatkan sesuatu dengan mudah, tanpa harus bekerja keras. 
Terlebih bagi adik-adik yang tinggal dalam lingkungan panti ataupun lembaga sosial. 

Jadi curiga..jangan-jangan..acara santunan termasuk salah satu penyebabnya.
Sayapun berangan-angan..bagaimana cara terbaik untuk mengemas santunan. 
Apakah mereka memang harus dihadirkan dalam sebuah acara..atau kita yang semestinya mendatangi mereka?
Sebaiknya santunan diserahkan langsung kepada mereka, atau kepada wali yang akan mengelolanya?
Santunan diserahkan begitu saja, atau kita berikan sebagai reward atas hal positif yang telah mereka lakukan?
Santunan berupa uang dan peralatan sekali pakai, atau berupa pelatihan ketrampilan yang akan menjadi bekal hidup mereka kelak?
Kita sayangi mereka dengan memanjakan, memberi... atau dengan membiasakan disiplin dan kerja keras?

Tiba-tiba saya ingat pada salah satu lembaga di Kota Gresik, yang menampung adik-adik kurang beruntung dari berbagai kota. 
Sang pemimpin yang nampak lugu dan bersahaja, ternyata punya pemikiran yang luar biasa.
Beliau tidak hanya memberikan biaya pendidikan dan kebutuhan hidup, tapi juga mengajari bagaimana bekerja untuk mendapatkan sesuatu.
Yap..adik-adik di situ dilatih untuk mengerjakan apapun yang mampu mereka lakukan. 
Ada yang berjualan minuman sari tebu dan cilok, ada yang menerima panggilan sebagai tukang kayu dan bangunan. Bahkan ada yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di lingkungan sekitar lembaga tersebut.
"Anak-anak harus belajar berusaha..agar kelak mereka mampu menghidupi diri mereka sendiri dalam kehidupan yang tidak mudah ini," begitu ujar sang pemimpin. 
Keren banget kan..

Lantas..bagaimana dengan kita?
Cukupkah sekedar memuaskan diri..berharap pahala menyantuni yatim dan dhuafa?
Atau sambil menyelam minum air ?
Menyantuni sekaligus menyelamatkan karakter adik-adik yang kelak akan menjadi generasi penerus. Menjadikan mereka sosok tangguh, pekerja keras, dan pantang menyerah.
Hmmm....mari sama-sama kita pikirkan caranya..


*Note : tentu tidak semua penerima santunan punya karakter sebagaimana saya sebut di atas.
Continue reading ...

Minggu, 28 Juni 2015

Tentang pakaian sholat dan mukena anak bergambar

0 komentar

Orangtua muslim  mana sih, yang gak kepengen lihat anak-anaknya punya kesadaran menjalankan sholat ?
Rasanya, apapun rela kita lakukan biar si anak, suka sholat.
Mulai dari memberikan reward..sampe menyediakan fasilitas demi  tercapainya gol tersebut.
Salah satunya  adalah, dengan membelikan pakaian sholat (mukena) menarik buat si upik.
   
Nah..tampaknya peluang ini ditangkap dengan cermat sama pelaku industri garmen. Dengan kreasi dan imajinasi yang luar biasa, lahirlah mukena-mukena imut dan cantik, berwarna cerah ceria,  dengan aneka gambar lucu. Bahkan dengan gambar karakter film ataupun acara TV yang sedang nge-hit saat ini. 
Contohnya kayak gini nih

sumber : google


Lucuuu bangettt kan?...Gadis kecil kita pasti suka memakainya.
Eh, tapi ternyata wahai bunda dan sista.. agama kita punya aturan tentang gambar-gambar ini lho. O yaa ???

Yuuk cari tau sama-sama..

voilaa...ternyata saya nemu  dalil-dalil macam gini. Let's check it out!  


1. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu :

اسْتَأْذَنَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلام عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : ادْخُلْ . فَقَالَ : كَيْفَ أَدْخُلُ وَفِي بَيْتِكَ سِتْرٌ فِيهِ تَصَاوِيرُ فَإِمَّا أَنْ تُقْطَعَ رُؤوسُهَا أَوْ تُجْعَلَ بِسَاطًا يُوطَأُ فَإِنَّا مَعْشَرَ الْمَلائِكَةِ لا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ تَصَاوِيرُ
Jibril ‘alaihis salam meminta izin kepada Nabi, maka Nabi bersabda, “Masuklah.” Jibril menjawab, “Bagaimana saya masuk sementara di dalam rumahmu ada tirai yang bergambar. Sebaiknya kamu potong bagian kepalanya atau kamu jadikan sebagai alas yang dipakai untuk berbaring, karena kami para malaikat tidak akan masuk rumah yang terdapat gambar-gambar” (HR. Abu Dawud no. 4157 dan An-Nasai no. 216)
*Makna shuroh dalam hadis di atas adalah gambar makhluk hidup yang memiliki wajah atau kepala. 

2. Hadits dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu :
كَانَ قِرَامٌ لِعَائِشَةَ سَتَرَتْ بِهِ جَانِبَ بَيْتِهَا فَقَالَ النَّبِيُ صلى الله عليه وسلم: "أَمِيطِي عَنَّا قِرَامَكِ هَذَا فَإِنَّهُ لاَ تَزَالُ تَصَاوِيرُهُ تَعْرِضُ فِي صَلاَتِي"

'Aisyah mempunyai gorden yang dipasang di dinding rumahnya. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyuruh 'Aisyah Radhiyallahu anhuma : "Singkirkanlah gorden itu dari kita, karena lukisannya senantiasa membayangiku dalam shalatku”. [HR al-Bukhâri, 374].


 3. ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata :

أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي خَمِيْصَةٍ لَهَا أَعْلاَمٌ فَنَظَرَ إِلَى أَعْلاَمِهَا نَظْرَةً فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ، فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلاَتِي

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat dengan pakaian khamishah yang bercorak. Dalam shalatnya beliau memandang sekilas corak pakaian tersebut. Setelah selesai shalat, beliaupun berkata: "Serahkan khamishah ini kepada Abu Jahm, dan ambilkan untukku pakaian ambijaniyah hadiah dari Abu Jahm. Karena, pakaian khamishah tadi melalaikan khusyuk shalatku”. [HR al-Bukhâri, no. 373]

*Pakaian anbijâniyyah yang diminta Rasûlullâh adalah pakaian kasar yang tidak bercorak. Berbeda dengan pakaian khamishah yang dikembalikan oleh beliau, pakaian itu memiliki corak ataupun gambar.

4Ibnu Hajar rahimahullah berkata, 

“Bila kain bergambar yang berada di hadapan orang shalat bisa melalaikannya, maka begitu pula bila gambar tersebut dipakai di baju orang yang sedang shalat. Bahkan, gambar yang dipakai itu lebih melalaikan lagi”. [Fathul-Bari, 10/391]. 


Olala...!!! 
Jadi gimana dong ? Gini aja deh..

1. Berangkat dari hadits-hadits di atas, kalo pasang tirai yang ada lukisan atau bordiran makhluk bernyawanya aja terlarang, apalagi pakai baju atau kaos yang bergambar makhluk bernyawa. Pasti lebih terlarang. Karena dalam pakaian yang bergambar, terdapat unsur pengagungan yang lebih terhadap gambar, daripada pada tirai yang bergambar. Yang dikecualikan oleh mayoritas ulama adalah, bila gambar bernyawa tadi, ada pada benda-benda yang dihinakan. Misalnya sprei, keset, bantal, dll. 
(lihat: Syarah Manzhumatul Adab hal. 440).

2. Gambar di pakaian  dibagi jadi dua macam. Gambar makhluk bernyawa (manusia & hewan), dan  gambar lainnya (pohon, pemandangan, ukiran, kendaraan, dll).

Untuk jenis gambar makhluk bernyawa, udah dibahas di atas.

Adapun untuk jenis gambar bukan  makhluk bernyawa, maka hukum memakai pakaian tersebut adalah tetap pada hukum asalnya yaitu boleh-boleh aja. 
Tapi, kalau dengan memakainya  dalam shalat, bisa mempengaruhi konsentrasi karena dilalaikan oleh corak dan gambar di pakaian tersebut. Maka, hukumnya jadi makruh.

Bahkan, saya pernah liat seorang Ustadz mengingatkan seorang pemuda, yang pakai kaos  bertulis kata-kata di waktu sholat. Karena tulisan di kaos itu, bisa menarik mata jama'ah sholat di sekitarnya untuk membacanya. Dan jelas-jelas ini ganggu kekhusyu'an.
Allahu a'lam bish-showaab


Nah..bunda dan sista..lebih baik kita hati-hati sama urusan yang menyangkut ibadah. Apalagi buat anak. Karena itu akan jadi bekal pemahaman dia sampai nanti. It's OK, kita kasih anak busana lucu untuk menarik dia beribadah. Tapi..kita sama-sama tetap berusaha aware pada rambu-rambu yang sudah ditentukan. Demi kemashlahatan bersama. Eh, ini berlaku untuk busana bokap dan nyokapnya juga ya..
Buat sodara-sodara pengusaha mukena, semoga tulisan ini bisa jadi sedikit masukan.

Oya, bukan berarti saya ini udah paling OK dan bener ibadahnya lho. Saya juga masih harus buanyak -pake bangeudh- belajar ilmu agama. 
Jadi, bilamana tulisan ini ada kurang atawa lebihnya, harap maklum. Kalo ada yang berkenan koreksi atau menambahkan...boleh sekali. Dengan senang hati.

Satu lagi, mohon maaf buat yang punya gambar mukena di atas, saya sama sekali tidak berniat buruk. Hanya ingin memberikan gambaran, supaya pembaca paham apa yang saya maksud.
Tulisan saya di atas, bersumber dari sini nih :


Continue reading ...

Kamis, 08 Januari 2015

Etiket Makan Pada Jamuan Prasmanan

0 komentar


source : google

Bulan-bulan  ini, selain musim hujan.. boleh juga dibilang musim nikahan hehehe.. Paling tidak, kesimpulan itu bisa saya ambil, berdasar fakta bahwa jumlah undangan nikah yang terus bertambah. 

Eniwei..selain doa tulus yang terucap kepada kedua mempelai, datang ke resepsi atawa kondangan tentu gak terpisahkan dari urusan makan. Yeayyyy...

Pastinya semua tau dong..dalam resepsi begini ada makanan yang melimpah. Apalagi dalam acara yang berkonsep buffet (baca buffee), di mana kita bebas memilih dan mengambil sendiri aneka makanan yang sudah ditata begitu cantik di atas meja. Buffet atau biasa kita sebut prasmanan memang terkadang bikin laper mata. Bikin kita pengen ambil sebanyak-banyaknya. Lupa bahwa kapasitas perut terbatas.

Nah..ngomongin urusan makan dalam pesta nih..biarpun lagi khusyu' menikmati beraneka sajian yang menggoda itu.., ternyata mata saya masih sempat berpetualang. 
Lensa mata saya masih bisa menangkap sosok yang membawa piring berisikan setumpuk makanan, cuampur-cuampur lagi. Ada lagi yang mengunyah sambil hilir mudik ke sana kemari. Eit..ada pula yang.... 
Ah, kok jadi kurang pas dan kurang pantas diliat ya..


Trus..biar pas dan pantas dilihat harus gimana dong???
Nah, mungkin beberapa hal di bawah bisa membantu agar kita yang sedang berdandan rapi, ganteng dan cantik ini ndak keliatan gimanaa gitu.

  1. Gak ada salahnya berkeliling ato lirik kanan kiri dulu. Kira-kira menu apa yang akan kita ambil.
  2. Kalo ngikut aturan susunan menu, mestinya urutan makannya begini :
      • Appetizer (makanan pembuka) : salad, buah potong, bubur manis, roti atau kue manis.
      • Main course (makanan utama) : nasi dan lauk pauknya, menu gubugan (kebab, kambing guling, lontong kikil, dll).
      • Dessert (makanan penutup) : es buah, es krim, puding. .
  3. Masuk dalam antrian dengan tertib. Jangan nyerobot. Jangan dorong-dorong orang di depan kita juga yaa..
  4. Ambil makanan secukupnya, sebab belum tentu lidah kita cocok. Sayang kan kalo telanjur ambil banyak terus gak dihabisin. Kalo ternyata suka, gak dilarang ambil lagi kok. Selain itu, kalo makanan menggunung di piring, rasanya malu juga euy.
  5. Batasi 2, atau maksimal 3 jenis makanan dalam piring. Jangan sampe dicampur aduk antara nasi goreng, sup, cap cay, daging, ikan, ayam. Wew..keliatan ruwet. Pendamping nasi goreng adalah lauk yang tidak berkuah. Sementara nasi putih lebih fleksibel dipadukan dengan aneka lauk. 
  6.  Usahakan mencari tempat duduk. Seandainya tidak tersedia dan harus makan sambil berdiri, ambil posisi di tepi biar tidak mengganggu tamu yang lalu lalang atau yang akan mengambil makanan.
  7. Nikmati makanan dengan tenang, hindari makan sambil berjalan.
  8. Boleh juga makan sambil ngobrol dengan rekan-rekan. Tapi pastikan saat mengunyah makanan, mulut dalam kondisi tertutup.
  9. Jika mendapati tulang atau bagian makanan yang keras, ambil tissu, tutup mulut, dan keluarkan makanan tadi dalam tissu. 
  10. Bila menghendaki menggunakan tusuk gigi, tutup mulut dengan tangan ataupun tissu.
  11. Dalam jamuan prasmanan kita diperkenankan untuk mengambil makanan lebih dari satu kali. Jadi nggak perlu malu bolak balik ke meja makan. Atau menjelajahi jajaran meja-meja ataupun gubugan yang disediakan. 

Selain urusan makan, pada acara resepsi pernikahan juga bisa menjadi ajang silaturahim. Biasanya kita menikmati makanan sambil ngobrol dengan sesama undangan.
Untuk menjaga suasana agar tetap nyaman dan menyenangkan, sebaiknya kita cari topik pembicaraan yang ringan dan sesuatu yang sedang happening saat ini.

Boleh saja saling menanyakan kabar, terutama bila berjumpa dengan kawan yang sudah lama tidak bertemu. Tapi hindari pertanyaan yang terlalu privasi. Sebagian orang merasa tidak nyaman untuk menceritakan tentang diri mereka.

Lebih baik kita menghindari tema yang berbau SARA (Suku, Ras, dan Agama), ataupun hal-hal yang mungkin menimbulkan kontroversi ataupun perbedaan pendapat.

Nah, semoga tip-tip di atas bermanfaat. So, selamat menghadiri resepsi pernikahan. Ssttt...jangan sampai angpaunya ketinggalan ya.. 
Continue reading ...
 

Copyright © arie widayanti Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger