Kali ini saya pengen berbagi cerita tentang seorang sahabat yang menebar manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Namanya Widya..
Sahabat ini (yg potonya ada di atas) adalah seorang sarjana yang tadinya sempat bekerja di institusi pendidikan di dekat rumahnya. Namun, karena merasa tidak cocok dengan sistem dan birokrasi yang ada.. akhirnya dia berhenti dari karirnya, dan untuk sementara membantu usaha suaminya di rumah. Begitu dia jalani beberapa saat. Sampai pada titik, dia merasa hidupnya tidak berarti karena tidak punya sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajarinya. Dari sinilah Allah mempertemukan kami. Tepat pada saat saya membutuhkan pengajar untuk kursus baca tulis di lembaga pendidikan saya. Dan inilah kami...dua perempuan yang punya minat sama di dunia pendidikan, dua perempuan yang bermimpi untuk menebar manfaat, dua perempuan yang ingin hidupnya punya arti bagi lingkungan sekitar.
Di lembaga inilah, kami mencurahkan pikiran dan tenaga untuk membimbing para balita belajar membaca dengan cara yang menyenangkan. Sampai pada akhirnya, saya harus menghentikan operasional lembaga ini *kenapa?...lain kali akan saya ceritakan (he3..gak ada yang nanya yak?). Dan... kembali kami merasa sebagai manusia tak berarti dan tak bermanfaat.
Waktu terus berjalan.. Saya mengisi waktu dengan mengoptimalkan keterlibatan sebagai pengurus organisasi ikatan istri karyawan di perusahaan tempat suami bekerja, ikut pelatihan ini dan itu, menebus waktu bersama anak-anak (karena sebelumnya sering ninggalin mereka). Tapi belum juga menemukan media yang tepat untuk berbagi manfaat.
Sementara Widya...telah menemukan dunianya kembali.
Berawal dari mengajar membaca putrinya yang masih balita..sampai akhirnya beberapa tetangga bergabung belajar di rumahnya. Belakangan, teman-teman putranya yang duduk di SD juga ikut bergabung belajar bersama. Sore adalah waktu untuk belajar membaca para balita. Sedangkan siswa SD belajar setelah Maghrib. Saat ini jumlah muridnya sekitar 30 orang.
Dia dedikasikan waktu, tenaga, dan pikirannya secara cuma-cuma. Ya.. dia tidak memungut biaya sepeserpun pada murid-muridnya. Tetapi, meskipun gratis..bukan berarti asal-asalan. Widya tetap berupaya mengemas suasana belajarnya semenarik mungkin. Dia putarkan film yang mendidik, dia datangkan pendongeng, dan kadang dia membagikan snack. Biarpun untuk itu harus rela merogoh koceknya.
Tidak berhenti sampai di situ, dia juga ingin menambah wawasan ibu dari murid-murid balitanya. Dari hasil ngobrol berdua, akhirnya kami putuskan mengadakan diskusi tentang gaya belajar anak. Alhamdulillah diskusi ini berlangsung seru. Dan kami masih bermimpi untuk mengadakan diskusi-diskusi yang lain. Dengan harapan bisa sedikit membuka cakrawala berpikir para ibu yang ada di sana.
Dan pelajaran yang saya dapat darinya adalah :
Bahwa dia adalah perempuan hebat yang piawai memanage waktu. D i sela kesibukan mengurus warung makan miliknya, dia sempatkan waktu untuk berbagi. Bayangkan, pagi dia harus belanja, kemudian memasak beraneka menu masakan, melayani pembeli. Sore mengajar membaca, malam mengajar siswa SD (he3..gak kebayang kalo saya yang harus begitu).
Bahwa dia murah hati. Karena meskipun tidak berlimpah materi, rela menyisihkan harta demi mensukseskan kelompok belajarnya. Sekedar diketahui, orangtua siswanya banyak yang lebih mapan secara finansial.
Bahwa dia tidak mudah patah semangat. Karena ternyata niatan berbuat baik tidak selalu ditanggapi dengan baik pula. Ada saja pihak-pihak yang merasa terganggu dengan adanya kelompok belajar gratis ini.
Bahwa menebar manfaat bisa dilakukan di rumah, tidak perlu menunggu kaya.
Bahwa menebar manfaat harus dilandasi niat dan semangat kuat, serta pantang menyerah.
Bahwa saya masih terus berusahamenemukan pengganti dari "dunia" saya yang hilang.
"Khoirukum anfa'akum linnaasi"..Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
(24/11/12)