Selasa, 14 Juli 2015

Bahaya di balik santunan

0 komentar

sumber : google


Bulan Ramadhan adalah bulan istimewa. Kaum muslim pasti berusaha memanfaatkan momen spesial ini untuk beribadah dan beramal. Salah satunya adalah dengan cara menyantuni anak yatim dan kaum dhuafa, yang memang sangat dianjurkan dalam Islam. 

Maka..laris manislah para adik-adik dari panti asuhan ataupun binaan lembaga amil zakat ini. Jadwal menghadiri undangan santunan, do'a bersama anak yatim, atau berbuka puasa pun padat merayap.
Dalam acara tersebut, setelah berdo'a merekapun mendapatkan aneka bingkisan, yang di akhiri dengan sesi foto bersama. Tak jarang  yang lantas menjadi status baru si penyantun di media sosial.
Sekilas, nampaknya mereka senang..pihak penyantun juga senang karena merasa telah mengamalkan anjuran agama. Acarapun selesai..

Benarkah selesai sampai di sini?..
Mari kita  kaji lebih jauh..

Pernahkah kita bertanya, bagaimana perasaan adik-adik ini..ketika  duduk dalam barisan penerima santunan, di depan para undangan yang memandang  dengan penuh belas kasihan. 
Apalagi terkadang mereka harus mengenakan pakaian seragam yang semakin menegaskan posisi mereka dalam acara tersebut.
Apakah mereka bahagia, nyaman..atau jangan-jangan itu membuat mereka harus menekan rasa malu, yang sekaligus menggembungkan rasa rendah diri?
Apakah mereka tidak merasa menjadi komoditas ataupun pelengkap penderita dari sebuah acara yang sebenarnya bertujuan mulia?
Adakah hal seperti ini akan membawa dampak bagi perkembangan psikologis dan karakter mereka?


Dalam acara-acara santunan di mana saya menjadi salah satu panitia, beberapa narasumber menyatakan, bahwa adik-adik binaan ini nampak tidak memiliki motivasi kuat untuk maju. Mereka tidak punya mimpi untuk hidup lebih baik.
Beberapa teman, termasuk saya sendiri.. juga mengamini hal itu. Pengalaman bekerjasama dengan adik-adik yang sudah menjelang usia dewasa, sulit mengajak mereka menyusun mimpi, kemudian bekerja keras untuk mencapainya. 
Mereka tidak mampu menghadapi tantangan dan target. Terlalu mudah menyerah.

Saking penasarannya..kamipun mencoba berdialog dengan mereka. Mencari latar belakang yang kemungkinan punya andil dalam pembentukan karakter ini. Dan ternyata..kesimpulannya adalah..mereka memang terbiasa mendapatkan sesuatu dengan mudah, tanpa harus bekerja keras. 
Terlebih bagi adik-adik yang tinggal dalam lingkungan panti ataupun lembaga sosial. 

Jadi curiga..jangan-jangan..acara santunan termasuk salah satu penyebabnya.
Sayapun berangan-angan..bagaimana cara terbaik untuk mengemas santunan. 
Apakah mereka memang harus dihadirkan dalam sebuah acara..atau kita yang semestinya mendatangi mereka?
Sebaiknya santunan diserahkan langsung kepada mereka, atau kepada wali yang akan mengelolanya?
Santunan diserahkan begitu saja, atau kita berikan sebagai reward atas hal positif yang telah mereka lakukan?
Santunan berupa uang dan peralatan sekali pakai, atau berupa pelatihan ketrampilan yang akan menjadi bekal hidup mereka kelak?
Kita sayangi mereka dengan memanjakan, memberi... atau dengan membiasakan disiplin dan kerja keras?

Tiba-tiba saya ingat pada salah satu lembaga di Kota Gresik, yang menampung adik-adik kurang beruntung dari berbagai kota. 
Sang pemimpin yang nampak lugu dan bersahaja, ternyata punya pemikiran yang luar biasa.
Beliau tidak hanya memberikan biaya pendidikan dan kebutuhan hidup, tapi juga mengajari bagaimana bekerja untuk mendapatkan sesuatu.
Yap..adik-adik di situ dilatih untuk mengerjakan apapun yang mampu mereka lakukan. 
Ada yang berjualan minuman sari tebu dan cilok, ada yang menerima panggilan sebagai tukang kayu dan bangunan. Bahkan ada yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di lingkungan sekitar lembaga tersebut.
"Anak-anak harus belajar berusaha..agar kelak mereka mampu menghidupi diri mereka sendiri dalam kehidupan yang tidak mudah ini," begitu ujar sang pemimpin. 
Keren banget kan..

Lantas..bagaimana dengan kita?
Cukupkah sekedar memuaskan diri..berharap pahala menyantuni yatim dan dhuafa?
Atau sambil menyelam minum air ?
Menyantuni sekaligus menyelamatkan karakter adik-adik yang kelak akan menjadi generasi penerus. Menjadikan mereka sosok tangguh, pekerja keras, dan pantang menyerah.
Hmmm....mari sama-sama kita pikirkan caranya..


*Note : tentu tidak semua penerima santunan punya karakter sebagaimana saya sebut di atas.
Continue reading ...

Minggu, 28 Juni 2015

Tentang pakaian sholat dan mukena anak bergambar

0 komentar

Orangtua muslim  mana sih, yang gak kepengen lihat anak-anaknya punya kesadaran menjalankan sholat ?
Rasanya, apapun rela kita lakukan biar si anak, suka sholat.
Mulai dari memberikan reward..sampe menyediakan fasilitas demi  tercapainya gol tersebut.
Salah satunya  adalah, dengan membelikan pakaian sholat (mukena) menarik buat si upik.
   
Nah..tampaknya peluang ini ditangkap dengan cermat sama pelaku industri garmen. Dengan kreasi dan imajinasi yang luar biasa, lahirlah mukena-mukena imut dan cantik, berwarna cerah ceria,  dengan aneka gambar lucu. Bahkan dengan gambar karakter film ataupun acara TV yang sedang nge-hit saat ini. 
Contohnya kayak gini nih

sumber : google


Lucuuu bangettt kan?...Gadis kecil kita pasti suka memakainya.
Eh, tapi ternyata wahai bunda dan sista.. agama kita punya aturan tentang gambar-gambar ini lho. O yaa ???

Yuuk cari tau sama-sama..

voilaa...ternyata saya nemu  dalil-dalil macam gini. Let's check it out!  


1. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu :

اسْتَأْذَنَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلام عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : ادْخُلْ . فَقَالَ : كَيْفَ أَدْخُلُ وَفِي بَيْتِكَ سِتْرٌ فِيهِ تَصَاوِيرُ فَإِمَّا أَنْ تُقْطَعَ رُؤوسُهَا أَوْ تُجْعَلَ بِسَاطًا يُوطَأُ فَإِنَّا مَعْشَرَ الْمَلائِكَةِ لا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ تَصَاوِيرُ
Jibril ‘alaihis salam meminta izin kepada Nabi, maka Nabi bersabda, “Masuklah.” Jibril menjawab, “Bagaimana saya masuk sementara di dalam rumahmu ada tirai yang bergambar. Sebaiknya kamu potong bagian kepalanya atau kamu jadikan sebagai alas yang dipakai untuk berbaring, karena kami para malaikat tidak akan masuk rumah yang terdapat gambar-gambar” (HR. Abu Dawud no. 4157 dan An-Nasai no. 216)
*Makna shuroh dalam hadis di atas adalah gambar makhluk hidup yang memiliki wajah atau kepala. 

2. Hadits dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu :
كَانَ قِرَامٌ لِعَائِشَةَ سَتَرَتْ بِهِ جَانِبَ بَيْتِهَا فَقَالَ النَّبِيُ صلى الله عليه وسلم: "أَمِيطِي عَنَّا قِرَامَكِ هَذَا فَإِنَّهُ لاَ تَزَالُ تَصَاوِيرُهُ تَعْرِضُ فِي صَلاَتِي"

'Aisyah mempunyai gorden yang dipasang di dinding rumahnya. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyuruh 'Aisyah Radhiyallahu anhuma : "Singkirkanlah gorden itu dari kita, karena lukisannya senantiasa membayangiku dalam shalatku”. [HR al-Bukhâri, 374].


 3. ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata :

أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي خَمِيْصَةٍ لَهَا أَعْلاَمٌ فَنَظَرَ إِلَى أَعْلاَمِهَا نَظْرَةً فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ، فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلاَتِي

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat dengan pakaian khamishah yang bercorak. Dalam shalatnya beliau memandang sekilas corak pakaian tersebut. Setelah selesai shalat, beliaupun berkata: "Serahkan khamishah ini kepada Abu Jahm, dan ambilkan untukku pakaian ambijaniyah hadiah dari Abu Jahm. Karena, pakaian khamishah tadi melalaikan khusyuk shalatku”. [HR al-Bukhâri, no. 373]

*Pakaian anbijâniyyah yang diminta Rasûlullâh adalah pakaian kasar yang tidak bercorak. Berbeda dengan pakaian khamishah yang dikembalikan oleh beliau, pakaian itu memiliki corak ataupun gambar.

4Ibnu Hajar rahimahullah berkata, 

“Bila kain bergambar yang berada di hadapan orang shalat bisa melalaikannya, maka begitu pula bila gambar tersebut dipakai di baju orang yang sedang shalat. Bahkan, gambar yang dipakai itu lebih melalaikan lagi”. [Fathul-Bari, 10/391]. 


Olala...!!! 
Jadi gimana dong ? Gini aja deh..

1. Berangkat dari hadits-hadits di atas, kalo pasang tirai yang ada lukisan atau bordiran makhluk bernyawanya aja terlarang, apalagi pakai baju atau kaos yang bergambar makhluk bernyawa. Pasti lebih terlarang. Karena dalam pakaian yang bergambar, terdapat unsur pengagungan yang lebih terhadap gambar, daripada pada tirai yang bergambar. Yang dikecualikan oleh mayoritas ulama adalah, bila gambar bernyawa tadi, ada pada benda-benda yang dihinakan. Misalnya sprei, keset, bantal, dll. 
(lihat: Syarah Manzhumatul Adab hal. 440).

2. Gambar di pakaian  dibagi jadi dua macam. Gambar makhluk bernyawa (manusia & hewan), dan  gambar lainnya (pohon, pemandangan, ukiran, kendaraan, dll).

Untuk jenis gambar makhluk bernyawa, udah dibahas di atas.

Adapun untuk jenis gambar bukan  makhluk bernyawa, maka hukum memakai pakaian tersebut adalah tetap pada hukum asalnya yaitu boleh-boleh aja. 
Tapi, kalau dengan memakainya  dalam shalat, bisa mempengaruhi konsentrasi karena dilalaikan oleh corak dan gambar di pakaian tersebut. Maka, hukumnya jadi makruh.

Bahkan, saya pernah liat seorang Ustadz mengingatkan seorang pemuda, yang pakai kaos  bertulis kata-kata di waktu sholat. Karena tulisan di kaos itu, bisa menarik mata jama'ah sholat di sekitarnya untuk membacanya. Dan jelas-jelas ini ganggu kekhusyu'an.
Allahu a'lam bish-showaab


Nah..bunda dan sista..lebih baik kita hati-hati sama urusan yang menyangkut ibadah. Apalagi buat anak. Karena itu akan jadi bekal pemahaman dia sampai nanti. It's OK, kita kasih anak busana lucu untuk menarik dia beribadah. Tapi..kita sama-sama tetap berusaha aware pada rambu-rambu yang sudah ditentukan. Demi kemashlahatan bersama. Eh, ini berlaku untuk busana bokap dan nyokapnya juga ya..
Buat sodara-sodara pengusaha mukena, semoga tulisan ini bisa jadi sedikit masukan.

Oya, bukan berarti saya ini udah paling OK dan bener ibadahnya lho. Saya juga masih harus buanyak -pake bangeudh- belajar ilmu agama. 
Jadi, bilamana tulisan ini ada kurang atawa lebihnya, harap maklum. Kalo ada yang berkenan koreksi atau menambahkan...boleh sekali. Dengan senang hati.

Satu lagi, mohon maaf buat yang punya gambar mukena di atas, saya sama sekali tidak berniat buruk. Hanya ingin memberikan gambaran, supaya pembaca paham apa yang saya maksud.
Tulisan saya di atas, bersumber dari sini nih :


Continue reading ...

Kamis, 08 Januari 2015

Etiket Makan Pada Jamuan Prasmanan

0 komentar


source : google

Bulan-bulan  ini, selain musim hujan.. boleh juga dibilang musim nikahan hehehe.. Paling tidak, kesimpulan itu bisa saya ambil, berdasar fakta bahwa jumlah undangan nikah yang terus bertambah. 

Eniwei..selain doa tulus yang terucap kepada kedua mempelai, datang ke resepsi atawa kondangan tentu gak terpisahkan dari urusan makan. Yeayyyy...

Pastinya semua tau dong..dalam resepsi begini ada makanan yang melimpah. Apalagi dalam acara yang berkonsep buffet (baca buffee), di mana kita bebas memilih dan mengambil sendiri aneka makanan yang sudah ditata begitu cantik di atas meja. Buffet atau biasa kita sebut prasmanan memang terkadang bikin laper mata. Bikin kita pengen ambil sebanyak-banyaknya. Lupa bahwa kapasitas perut terbatas.

Nah..ngomongin urusan makan dalam pesta nih..biarpun lagi khusyu' menikmati beraneka sajian yang menggoda itu.., ternyata mata saya masih sempat berpetualang. 
Lensa mata saya masih bisa menangkap sosok yang membawa piring berisikan setumpuk makanan, cuampur-cuampur lagi. Ada lagi yang mengunyah sambil hilir mudik ke sana kemari. Eit..ada pula yang.... 
Ah, kok jadi kurang pas dan kurang pantas diliat ya..


Trus..biar pas dan pantas dilihat harus gimana dong???
Nah, mungkin beberapa hal di bawah bisa membantu agar kita yang sedang berdandan rapi, ganteng dan cantik ini ndak keliatan gimanaa gitu.

  1. Gak ada salahnya berkeliling ato lirik kanan kiri dulu. Kira-kira menu apa yang akan kita ambil.
  2. Kalo ngikut aturan susunan menu, mestinya urutan makannya begini :
      • Appetizer (makanan pembuka) : salad, buah potong, bubur manis, roti atau kue manis.
      • Main course (makanan utama) : nasi dan lauk pauknya, menu gubugan (kebab, kambing guling, lontong kikil, dll).
      • Dessert (makanan penutup) : es buah, es krim, puding. .
  3. Masuk dalam antrian dengan tertib. Jangan nyerobot. Jangan dorong-dorong orang di depan kita juga yaa..
  4. Ambil makanan secukupnya, sebab belum tentu lidah kita cocok. Sayang kan kalo telanjur ambil banyak terus gak dihabisin. Kalo ternyata suka, gak dilarang ambil lagi kok. Selain itu, kalo makanan menggunung di piring, rasanya malu juga euy.
  5. Batasi 2, atau maksimal 3 jenis makanan dalam piring. Jangan sampe dicampur aduk antara nasi goreng, sup, cap cay, daging, ikan, ayam. Wew..keliatan ruwet. Pendamping nasi goreng adalah lauk yang tidak berkuah. Sementara nasi putih lebih fleksibel dipadukan dengan aneka lauk. 
  6.  Usahakan mencari tempat duduk. Seandainya tidak tersedia dan harus makan sambil berdiri, ambil posisi di tepi biar tidak mengganggu tamu yang lalu lalang atau yang akan mengambil makanan.
  7. Nikmati makanan dengan tenang, hindari makan sambil berjalan.
  8. Boleh juga makan sambil ngobrol dengan rekan-rekan. Tapi pastikan saat mengunyah makanan, mulut dalam kondisi tertutup.
  9. Jika mendapati tulang atau bagian makanan yang keras, ambil tissu, tutup mulut, dan keluarkan makanan tadi dalam tissu. 
  10. Bila menghendaki menggunakan tusuk gigi, tutup mulut dengan tangan ataupun tissu.
  11. Dalam jamuan prasmanan kita diperkenankan untuk mengambil makanan lebih dari satu kali. Jadi nggak perlu malu bolak balik ke meja makan. Atau menjelajahi jajaran meja-meja ataupun gubugan yang disediakan. 

Selain urusan makan, pada acara resepsi pernikahan juga bisa menjadi ajang silaturahim. Biasanya kita menikmati makanan sambil ngobrol dengan sesama undangan.
Untuk menjaga suasana agar tetap nyaman dan menyenangkan, sebaiknya kita cari topik pembicaraan yang ringan dan sesuatu yang sedang happening saat ini.

Boleh saja saling menanyakan kabar, terutama bila berjumpa dengan kawan yang sudah lama tidak bertemu. Tapi hindari pertanyaan yang terlalu privasi. Sebagian orang merasa tidak nyaman untuk menceritakan tentang diri mereka.

Lebih baik kita menghindari tema yang berbau SARA (Suku, Ras, dan Agama), ataupun hal-hal yang mungkin menimbulkan kontroversi ataupun perbedaan pendapat.

Nah, semoga tip-tip di atas bermanfaat. So, selamat menghadiri resepsi pernikahan. Ssttt...jangan sampai angpaunya ketinggalan ya.. 
Continue reading ...

Kamis, 11 September 2014

KDRT lagi...

0 komentar
Saya sedang buru-buru berangkat menghadiri sebuah acara ketika ponsel berdering-dering. Muncul sebaris nomer asing yang dari kemarin beberapa kali mencoba menghubungi. "Ah, kalo memang penting pasti dia akan berkirim pesan", begitu pikir saya sambil kabur pergi. Seperti tau apa yang saya pikir, sebuah pesan pun masuk. Dia -seorang ibu rumah tangga- memperkenalkan diri dan menyampaikan bahwa ada masalah hukum yang ingin dibicarakan. Hwaduhh..apa lagi ini, saya kan bukan jebolan fakultas hukum.. 
Akhirnya saya minta dia untuk menghubungi setelah selesai acara.

Sepulang dari acara, si ibu kembali menelepon. Ternyata dia mendapatkan nomer ponsel saya dari kawannya. Selanjutnya dia mulai cerita tentang rumah tangganya. Tentang suaminya yang menjalin hubungan dengan perempuan lain. Perempuan dari masa lalu yang bertemu kembali lewat ajang reuni. Juga tentang uang belanja yang tak lagi dia terima. Hingga kekerasan, bahkan ancaman senjata tajam yang acapkali dia dapatkan.

Huffttttt...cerita seperti ini lagi :'( 
Lantas saya tanya, apa yang dia inginkan. Ibu ini bilang, dia sudah siap berpisah dari sang suami. Bahkan proses sudah sampai di Pengadilan Agama. Sayang.. menurut dia, proses terganjal kurangnya sebuah surat -entah apa yang dimaksud, saya juga kurang paham-  dari instansi di mana suaminya bekerja. Dia mengaku sudah berusaha mengurus ke biro-biro terkait, tapi..sampai sekarang tak kunjung ada tanda-tanda kepastian penyelesaian masalah ini. 

"Saya cuma ingin segera berpisah karena takut akan terjadi sesuatu pada diri saya. Tapi saya juga ingin mendapat kepastian bahwa suami bersedia menjamin kebutuhan finansial untuk anak-anak, mengingat selama ini sebagian gajinya diberikan pada perempuan lain itu. Saya sudah mendatangi biro-biro terkait di kantor suami, tapi sampai saat ini tidak ada kejelasan tentang masalah saya. Ke mana lagi saya harus menghadap? Siapa lagi  yang harus saya temui biar masalah ini cepat selesai. Minta tolong bu..saya takut..", begitu tuturnya.

Duhai..taukah ibu, meskipun ingin...saya sama sekali tidak punya kekuatan dan wewenang untuk mengintervensi urusan dapur sebuah perusahaan. Saya hanya punya telinga yang siap menampung cerita ibu, sepasang lengan untuk memeluk ibu, dan do'a tulus semoga Allah hadirkan kebaikan untuk ibu dan putra putri tercinta.
Saya cuma mampu  menjanjikan upaya mencari info, ke mana ibu harus menghadap agar masalah ini cepat selesai.

Saya tidak ingin menghakimi cerita ini, karena saya hanya mendengarnya dari satu pihak. Entah bagaimana cerita versi suami ibu ini.
Namun..bagaimanapun versinya, dalam kisah ketidakharmonisan rumah tangga akan selalu memakan korban. Siapa lagi kalau bukan anak-anak.
Mereka ibarat pemain figuran yang terpaksa harus mengikuti alur skenario tanpa mampu mengubahnya. Ibarat buih di lautan yang harus pasrah ke manapun arah ombak membawanya. 
Padahal apa yang mereka lihat dan rasakan saat ini akan membentuk karakter mereka, bahkan menimbulkan trauma yang akan terbawa sepanjang usia. 
Jangan sampai ketidakharmonisan orangtua mereka terbawa ke alam bawah sadar, mengendap, tercerna, dan menjadi role model. Bahwa begitulah seharusnya kelak mereka memperlakukan pasangan mereka.
Na'udzu bilLah min dzaalik ..

*Peluk hangat buat para ibu yang pernah menghubungi saya dengan kisah serupa. 
Continue reading ...

Minggu, 24 Agustus 2014

Cinta Sederhana

0 komentar
Merasa dicintai adalah bila ...

Aku hadir dalam do'a mereka

Tiba-tiba dibawain makanan favorit

Mendapatkan pijatan saat tubuh terasa penat

Mendapati tumpukan piring kotor sudah tercuci bersih

Dicari-cari ketika mereka pulang

Ada yang memasakkan makanan

Diinginkan ada untuk membantu memutuskan sesuatu 

Ada yang rela meninggalkan tugas demi menemaniku

Ada yang menahan untuk makan makanan kesukaannya hanya agar aku bisa ikut mencicipi

Disuapi

Dibangunkan dengan ciuman lembut

Ditemani ketika sakit

Ditelepon dan chatting menjelang tidur 

Mereka batal pergi saat aku tak bisa menemani

Menghabiskan waktu bersama

And so on..

And so on..



luv ya guys

Continue reading ...

Selasa, 18 Februari 2014

Rumah tanggaku tidak harmonis !

1 komentar
Beberapa hari ini saya melakukan perenungan mendalam...*ehhmmmm..*. Tepatnya setelah mendapatkan rapor dari seorang sahabat yang menyatakan bahwa rumah tangga saya tidak harmonis. Agak bingung juga sih..atas dasar pasal apa dia bisa menyimpulkan begitu. Sedangkan beliau ini tidak tinggal bersama saya, tidak pernah tahu bagaimana pola interaksi saya dengan suami dan anak-anak. 

Usut punya usut sodara-sodara..ternyata penilaian itu muncul dari hasil pengamatan beliau atas akun facebook saya. Lebih spesifiknya adalah karena saya :
  1. Tidak mencantumkan status "MENIKAH"
  2. Tidak pernah meng-aplod foto mesra bersama suami
  3. Tidak pernah menuliskan kata-kata manis kepada suami dan anak
"Dosa-dosa" di atas menimbulkan kesan kalo saya enggak cinta dan bangga pada keluarga. 

Waduh..jadi penasaran. Se-abnormal apakah facebook saya. Dengan ke-kepo-an tingkat tinggi.. sayapun menjelajah dari akun fb satu ke akun laen. Hanya untuk mencari tahu, tampilan fb yang harmonis bahagia tuh kayak apa sih?


And then, i find that..
  1. Emang iya sih..yang sudah berpasangan, mayoritas mencantumkan status. Ada yang "MENIKAH", "BERTUNANGAN" atau malah "BERPACARAN".
  2. Banyak yang pasang foto: lagi sama anak, lagi pelukan sama suami, lagi makan-makan, lagi shopping, lagi ibadah, lagi berlibur, and so on..
  3. Banyak status macam gini : "i love u..", "selamat ultah ya nak......", "semoga Allah melindungimu sayang", etcetera..etcetera..

Nah, setelah facebook walking, apakah saya jadi paham bagaimana cara menunjukkan rasa sayang dan bangga kita pada orang-orang terkasih via FB, biar mendapatkan predikat keluarga sakinah?  Hehehe..justru jadi lebih gak mudeng. 

Karena dalam pikiran saya, kalo mau bilang " i love u", mau mendoakan, ato ngucapin selamat, ya enakan bilang langsung ke orangnya. Sekalian bisa mengekspresikan dengan bahasa tubuh yang mendukung. 

*Huaaaaa...jangan-jangan saya emang nggak normal.....

By the way..terimakasih buat sahabat yang begitu memperhatikan keadaan rumah tangga saya. Keep watching !

Eh..tapi boleh juga lo idenya. Ntar deh..kapan-kapan saya kirim puisi cinta buat suami lewat fb. Ayah, are u ready? ;)  

Kalo pasang poto mesra?...hehe, ntar dulu deh. Alasan sebenernya sih, karena enggak tega mau sering-sering apload poto. Takut mata pemirsa mendadak minus liat muka saya..
Sedangkan komen tentang status ada betulnya juga sih. Bisa-bisa saya  dikira single. Hahaha..

Continue reading ...

Rabu, 08 Januari 2014

Selera Ndeso

0 komentar
Yang namanya "wong ndeso"..biarpun sudah puluhan tahun meninggalkan desa..urusan selera..ya tetep aja ndeso.


Bukti nyatanya ya kami ini. Dan berikut adalah salah satu menu ndeso kami yang kayaknya susah ditemukan di rumah makan ataupun  restauran yang beken beken itu. 

Taraaa...ini dia penampakannya..



ariewidayanti.blogspot.com




Judulnya..emmm...apa yaaa? ini aja deh..

Jantung Pisang Masak Santan


Bahan :
  • 2 buah jantung pisang - buang kulit yang berwarna merah
  • 300 gr ikan asap - suwir-suwir, buang durinya
  • 65 ml ( 1 bungkus) santan siap pakai - hehe..dasar pemalas
  • 1000 ml air
Bumbu :
  • 2 siung bawang putih
  • 7 siung bawang merah
  • 2 buah cabe merah
  • 7 buah cabe rawit
  • 1/2 cm kencur
  • 1/2 sdt ketumbar
  • 2 btr kemiri
  • 4 cm lengkuas - geprek
  • 3 lbr daun salam
  • 4 lbr daun jeruk
  • Garam dan gula secukupnya
Cara memasak :
  • Rebus jantung pisang bersama bawang putih, 3 siung bawang merah, cabe merah dan cabe rawit sampai empuk. Tiriskan.
  • Iris kecil-kecil jantung pisang .
  • Haluskan bumbu rebus bersama ketumbar, kencur, kemiri
  • Iris tipis sisa bawang merah, tumis sampai agak kecoklatan. Masukkan bumbu halus, tumis terus sampai harum.
  • Masukkan jantung pisang, ikan asap, dan sisa bumbu lain.
  • Tuangkan air, masak sampai bumbu meresap.
  • Tambahkan santan, tunggu beberapa saat sambil diaduk.
  • Jantung pisang masak santanpun siap disajikan.
Efek menyajikan masakan ini adalahhh.. ayah sampe nambah-nambah nasi. Hahaha..

Anak-anak?...Kalo mereka mah, udah beda lidah. La wong dikasih singkong goreng aja..makannya dicocol saus thousand island. Beuhhhh... 



Continue reading ...

Selasa, 08 Oktober 2013

Hai kamu..

0 komentar




Hai..
Kamu yang tujuh belas tahun silam
Seorang diri menghadap orangtuaku
Meminta mereka melepaskan aku
Untuk meniti hidup bersamamu
Tahukah kau?
Bahwa terkadang aku ragu
Mampukah kita
Terus menyusuri jalan ini hingga ke ujungnya





Hai..
Kamu yang bilang 
Bahwa aku adalah karunia terbaik Allah
Yang dikirimkan dalam hidupmu
Tahukah kau?
Bahwa hingga saat ini aku masih saja bertanya
Seberapa besar artiku dalam hidupmu

Hai..
Kamu yang membuka hariku 
Dengan kecup lembutmu
Tahukah kau?
Ketika langkah mulai tertatih
Ketika beban terasa menghimpit
Bisikmu yang membuat langkahku tegak kembali

Cukup panjang jalan yang telah kita susuri bersama
Tanpa tahu bagaimana akan berakhir
Akankah kita menempuhnya bersama hingga ke ujung
Ataukah satu di antara kita akan meninggalkan yang lain
Ketika Yang Maha Berkehendak memanggil
Mungkin aku..mungkin juga kamu
Kita tak pernah tahu

Inilah aku..
Yang tak secantik Maria Al Qibtiyah
Tak secerdas Aisyah
Tak selembut Khadijah
Jika boleh meminta..
Aku masih ingin menggenggam tanganmu
Hingga nanti..
Bersama menatap anak-anak kita tumbuh
Dan menemukan jalan mereka..

*celebrating the 17th anniversary*

Continue reading ...

Kamis, 05 September 2013

Semua karena cinta

4 komentar
Satu siang di penghujung Ramadhan, telepon rumah berdering. Seorang teman meminta saya untuk datang ke rumahnya. Sang putra semata wayang -duduk di bangku kuliah- emosinya sedang meledak. Bahkan sambil membawa pisau, dia mengancam akan membunuh kedua orangtuanya.
Hhmm, kalo nunggu ayah pulang dari jama'ah sholat dhuhur, kayaknya kelamaan deh. Akhirnya sambil merapal mantra -laa haula wa laa quwwata illaa bilLaahil 'aliyyil 'adhiim- sayapun memutuskan berangkat sendiri. Ini adalah kali kedua saya dilibatkan dalam emosi Putra (kita sebut saja namanya begitu).

Begitu masuk rumah, saya lihat sang ibu sedang berusaha meredakan amarah Putra yang meledak-ledak. 
Dengan mantap, saya gamit lengan remaja bertubuh tinggi besar itu, dan mengajaknya beranjak ke ruang lain. Meskipun sesekali  berontak dan memaki orangtuanya, dia menurut juga. 
Kalau pada keterlibatan pertama, saya dan ayah hanya sekedar menenangkan emosi Putra saja, saat itu saya bertekad akan menggali lebih dalam apa sebenarnya akar ledakan emosi ini.

Setelah Putra lebih tenang, sayapun memancingnya untuk mengeluarkan apa sebenarnya yang dia rasakan. Sambil merokok, dia merespon pertanyaan-pertanyaan saya dengan baik. Nampaknya remaja ini sedang putus asa. Dia merasa hidupnya tidak bahagia, tidak dihargai. Dia muak dengan segala aturan dan norma yang berlaku. Begitu hopelessnya, Putra sampe bilang kalau dia tidak peduli lagi sama Tuhan. Tidak mau beribadah lagi. Karena menurutnya sholat dan ibadah lain  tidak membuat hidupnya bahagia. Dia bahkan siap mati dan dibakar di neraka. Dan yang paling memprihatinkan adalah, dia menuding bahwa orangtuanyalah sumber dari semua ketidakbahagiaan itu. Fiuhhh...

Di tengah serunya diskusi saya dengan Putra, ayah datang  bergabung. Berdua kami "mengeroyok" remaja frustasi ini. Mencoba mengajak dia berjuang untuk "memegang remote kehidupannya" , dan tidak membiarkan orang lain mengambil alih "remote" tersebut. Menyuntikkan rasa percaya diri dan keyakinan, bahwa bahagia, sedih, dan sukses ada di tangannya sendiri. Memberi tantangan agar dia bisa menunjukkan kepada orangtuanya bahwa dia adalah anak hebat yang membanggakan. Bla..bla..bla.. Hingga akhirnya dia bisa tersenyum dan menyatakan, akan mencoba menebar kebaikan agar kelak dia menuai kebaikan serupa. 

AlhamdulilLah... selesai. Untuk saat itu. Tapi Putra masih bisa meledak lagi ketika faktor pemicunya terusik. Masih ada  banyak PR buat orangtuanya.

Usai peristiwa Putra, sayapun makin sering "berkaca dan bertanya". Apakah cara yang saya gunakan untuk  -menurut saya- membantu anak-anak meraih suksesnya sudah tepat. Apakah anak-anak bisa menerimanya. Atau jangan-jangan mereka punya pikiran bahwa ibunya ini tukang memaksakan kehendak, suka mengebiri imajinasi, dan tidak bisa memahami jalan pikiran mereka.

Padahal, seperti ibu-ibu yang lain. Saya berkeyakinan bahwa segala aturan yang saya buat adalah karena saya ingin kelak mereka bahagia dan selamat di dunia akhirat . Semata-mata karena saya mencintai mereka. 

Masalahnya adalah... apakah mereka saat ini BAHAGIA dan MERASA DICINTAI?
*duh, jadi galau nih..*





Continue reading ...

Selasa, 23 April 2013

Lelaki dalam gua

9 komentar
Dalam buku-buku tentang perbedaan karakter pria dan wanita. Banyak sekali dibahas tentang perbedaan aksi mereka ketika menghadapi stress.
Wanita mengurangi stress dengan cara bicara alias curhat. Bukan dalam rangka mencari solusi, tapi untuk mendapatkan empati. Yang mereka butuhkan adalah seseorang yang memberikan dukungan sekaligus tempat untuk berbagi rasa. Jika tidak mendapatkan itu, dia akan merasa semakin tertekan.

Kebalikan dari itu, pria yang tertekan justru butuh ketenangan. Mereka lebih suka dibiarkan menyendiri. Untuk sementara waktu mereka akan menutup diri dari lingkungan sekitar, mengisolir diri. Bak masuk kedalam gua, dan memutuskan hubungan dengan dunia luar. 

Nah, saat pria sedang berada dalam kondisi ini, wanita seringkali tidak bisa memahami. Wanita menerjemahkan sebagai tanda bahwa prianya  mengacuhkan, tidak menghargai, -atau yang lebih parah- tidak mencintai lagi. Akibatnya, wanita merasa tersinggung dan marah. Bagi sang pria -yang sudah cukup tertekan dengan masalahnya- akan sulit mengontrol emosi, ketika menghadapi kemarahan pasangannya. Bisa anda bayangkan, ketika dua orang yang sama-sama terbakar emosi bertemu. Hhmmm..mungkin seperti bom waktu yang tinggal menunggu saatnya meledak..

Saya sering membaca teori di atas, dan meng-amini-nya. 

Pastinya anda berpikir bahwa semestinya, ketika pasangan sedang bersembunyi di dalam guanya,  saya mampu memahami dan memaklumi, kalo perlu menciptakan situasi yang kondusif. Biar dia bisa bertapa dengan aman dan damai.


But, factually...it's really-really not  as simple as that!
Ternyata..lelaki yang menarik diri itu nggak ada asyiknya sama sekali. Bikin ilfil. Bahkan dalam level akut, bisa menimbulkan bete yang amat sangat.

Lah, bukannya sudah paham teorinya, kok masih gondok juga sih?

Biar pembaca bisa memaklumi perasaan saya, silakan menyimak suara-suara yang sedang adu argumentasi di kepala *setelah dipasangin loud speaker*
Note : 
    • SM  : Suara Malaikat
    • SS   : Suara Setan
    • S      : Saya
SS  : Eh,biasanya kalo kamu lagi ngomong, suamimu dengerin sambil menatap wajahmu. Malah pake peluk-peluk segala. Kok sekarang, liat aja kagak, apalagi ngerespon. Kayaknya dia gak mau denger apa yang kamu omongin.  Menyepelekan banget deh.

S   : Bener banget. Kayak ngomong sama angin. Gondok deh..
*dan seharian saya cuekin dia*

SM  : Yee, siapa tau dia lagi cape, lagi ada yang dipikirin

S   : Iya juga sih
*merasa bersalah..bikinin minum. nemenin makan*

SS  : Kalo emang ada masalah cerita dong, kamu kan bisa bantu. Berarti dia gak percaya kemampuanmu. Tuh..tuh, kalo kamu deketin dia keliatan gak suka. Tidurnya aja munggungin. Eh..kamu tuh gak dibutuhin lagi. Udah, mending jauh-jauh deh. Jangan mau kalah, cuekin ganti. Gengsi dong, masa cewek yang deketin dulu.
*tidur di kamar anak-anak. Pura-pura nemenin terus ketiduran*

SM  : Hei, dia kan lagi setres. Dan kamu udah tau teorinya, pahamin dong. Itu kan kayak kamu kalo lagi mau dateng bulan. Manyun, bete, jutek, muka kamu gak enak diliat.

S    : Iya juga ya...*inget kelakuan kalo pas PMS*
*pindah ke kamar sendiri. euleuh..*

SS  : Yee..beda dong, itu kan karena hormon. Udah, cuekin aja. Kalo dia minta "jatah" jangan dikasih. Mendingan tidur sama anak-anak aja. Salah sendiri. Kayak gitu mah, perlu dikasih pelajaran. Biar dia tahu kalo kamu itu gak bisa diperlakukan semena-mena.

S  : Sudah..sudaaaaaaahhhhhh...diam semuaaaaa!!!!
*SM dan SS kabur ketakutan*

*tarik napas panjang...merenung..*

Ya Allah..
Begitu lemahnya diri ini
Hamba tahu, dia tidak bermaksud begitu
Dia pasti sedang gundah,
Mengapa hamba justru menambah kegelisahannya
Ampuni.. 
Baru sampai di sini kemampuan hamba menata hati

*lempar emosi dan jaim ke recycle bin, senyum semanis mungkin, bikinin minum, mijitin, and so on...*

Ada yang pernah mengalami kasus seperti ini?


*Big hug for ayah... :D

Continue reading ...
 

Copyright © arie widayanti Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger