Kamis, 04 April 2013

Beras Cerdas

0 komentar
Beberapa waktu lalu saya mendapat undangan Sosialisasi Beras Cerdas dari Managemen sebuah perusahaan BUMN, yang bekerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan Jawa Timur. Langsung saja muncul tanya di benak saya. Beras Cerdas ? apa pula ini. Apakah beras varian baru, yang kalau dikonsumsi bisa meningkatkan kecerdasan? Atau apa? Penasaran mode on..

Berbekal rasa itu, saya pun menghadiri  acara tersebut keesokan harinya. Dan...setelah penjabaran  oleh Bapak Achmad Subagio, PhD - penemu komposisi beras cerdas- saya pun jadi ngeh. O....gitu toh maksudnya...
Begini sodara-sodara.. Sebenarnya acara ini adalah follow up dari Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan -topik ini sudah saya publish dengan judul Jangan Makan Nasi! - . 
Nah, sebagai salah satu upaya untuk menyediakan bahan alternatif pengganti beras, maka pemerintah bekerjasama dengan pihak-pihak terkait. Melalui serangkaian penelitian dan eksperimen, akhirnya ditemukan sebuah komposisi yang dinamakan BERAS CERDAS.
Beras cerdas ternyata bukanlah sebuah varian baru dari padi. Ini adalah beras analog alias beras "jadi-jadian". What?.. Ya, bukan beras betulan. Makin penasaran kan?

Jadi..sebenarnya "beras" ini dibuat dari perpaduan beberapa komponen  yang mampu memenuhi kebutuhan gizi kita. Seperti tepung cassava , tepung beras modifikasi, sayuran, minyak sawit, dan beberapa bahan lain. Bahan-bahan tersebut di mix dan dicetak hingga berbentuk mirip butiran beras. 
Lantas mengapa diberi embel-embel nama "cerdas"?
Jawabannya, karena : 
cerdas bahan baku 
Komposisi utamanya adalah tepung cassava yang berasal dari singkong. Singkong merupakan tumbuhan asli Indonesia yang mudah ditanam, di hampir semua daerah di Indonesia. Minim biaya perawatan pula..

cerdas proses
Diproses dengan teknologi yang mudah dan murah, sehingga dapat diproduksi dengan peralatan yang sederhana.

cerdas cara memasak
Cara memasaknya praktis. Cukup disiram air panas, tunggu sampai air terserap. Kemudian kukus selama 10 menit. Mateng deh..

ini nih penampakan si beras cerdas

Selain cerdas-cerdas di atas, masih ada beberapa kelebihan beras ini :
  • Kandungan protein, serat, vitamin dan mineralnya lebih tinggi
  • Bebas gluten
  • Kadar gula lebih rendah
  • Terdiri dari 5 varian. Yaitu : reguler, Fortifikasi (bisa ditambahkan zat-zat tertentu yang dibutuhkan), untuk anak masa pertumbuhan, penderita kolesterol dan diabet.
  • Bisa diolah menjadi aneka makanan seperti beras biasa. Misalnya, nasi uduk, nasi goreng, dsb.
Menarik  kan?... Trus gimana dengan rasanya? 
Dengan semangat empat lima, sayapun mencicipi nasi cerdas yang disajikan bersama sayur lodeh rebung, oseng jambal pedas, tahu tempe bacem, plus otak-otak bandeng. Hhmmm..nyam nyam...
Teksturnya pulen seperti nasi biasa. Rasanya ... ada sedikit aroma dan rasa khas olahan singkong. Agak-agak apek gitu. But..so far masih ok kok. Cuma, mungkin kalo untuk lidah anak-anak, kayaknya butuh pembiasaan yang lebih lama.

Anyway..salut deh sama tim yang membidani lahirnya beras cerdas ini. Semoga bisa menjadi sumber pangan alternatif. 
Ayo!!! siapa mau coba?
Continue reading ...

Sabtu, 05 Januari 2013

Jangan Makan Nasi!

0 komentar
Hiruk pikuk liburan sudah berakhir. Waktunya kembali ke aktifitas dan rutinitas. Meski tersisa rasa berat, harus tetap semangat!!.. Kemarin  ingat kalo masih punya pe-er  buat materi tentang Gerakan Pangan Non Beras Dan Tepung. Beberapa waktu lalu perusahaan kami  memang ditunjuk jadi tuan rumah untuk acara sosialisasi program itu. Dan karena organisasi Persatuan Istri Karyawan Petrokimia Gresik punya anggota yang lumayan banyak -sekitar 2500 orang-, nampaknya cukup menggiurkan untuk dijadikan target sasaran sosialisasi. Kami diharapkan bisa memulai program ini di bulan Januari 2013.  
Ketik...ketik...ketik...jadi deh materinya. Dan...saya pikir, ini perlu juga diketahui publik. So, saya akan share sebagian isinya di bawah ini : 


SOSIALISASI
GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN
PERSATUAN ISTRI KARYAWAN PETROKIMIA GRESIK

Seperti diketahui, mayoritas penduduk Indonesia selama ini banyak mengkonsumsi beras dan tepung terigu sebagai sumber pangan pokok. Hal tersebut mengakibatkan ketergantungan dan kebutuhan yang tinggi pada beras dan gandum. Seiring bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan ini semakin sulit dipenuhi. Bahkan bisa mengancam ketahanan pangan Indonesia. Di sisi lain, sebagai negara agraris kita mempunyai banyak hasil pertanian seperti ubi kayu, jagung, sagu, talas,  dan lainnya, yang bisa dikonsumsi sebagai sumber pangan pokok. Namun hasil pertanian ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Selain itu, tubuh kita juga membutuhkan asupan aneka gizi dan nutrisi yang meliputi karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lainnya. Tiap sumber pangan pokok memiliki kandungan nutrisi berbeda. Sehingga, untuk melengkapi  kebutuhan nutrisi, diperlukan konsumsi makanan yang beragam. Tentunya hal tersebut tidak akan tercapai apabila hanya mengkonsumsi satu jenis bahan pokok saja.

Menimbang hal-hal tersebut di atas, Pemerintah turun tangan dengan melakukan sosialisasi penganekaragaman pangan, melalui Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Gerakan yang tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 22 tahun 2009 ini, bertujuan untuk mencapai masyarakat Indonesia yang sehat, aktif, dan produktif, dengan mengkonsumsi  aneka makanan yang Beragam, Bergizi, Berimbang, dan Aman (3BA).

Selanjutnya, pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian menghimbau, agar masyarakat Indonesia mulai belajar untuk merubah pola pikir dan kebiasaan, bahwa nasi / beras bukanlah satu-satunya makanan pokok. Masih banyak sumber karbohidrat lain yang bisa dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat tubuh.
Berikut ini adalah beberapa contoh sumber pangan alternatif selain beras dan terigu:

1.    Singkong
Singkong mengandung banyak kalori, berkarbohidrat tinggi, namun memiliki kandungan protein rendah. Kandungan energi yang terdapat dalam 100 gram singkong sebesar 154 kalori. Singkong juga memiliki indeks glikemik rendah serta bebas gluten, sehingga sangat cocok untuk penderita diabetus melitus dan autis. Dibanding singkong putih, singkong yang berwarna kuning memiliki keunggulan kandungan provitamin A yang berfungsi sebagai antioksidan.
Selain dikonsumsi dalam bentuk aslinya, singkong juga dapat diproses menjadi tepung tapioka, tepung cassava, dan tepung mocaf. Atau diolah menjadi beras singkong, thiwul, dan lainnya.
Yang perlu diperhatikan dalam memilih singkong adalah, hindari yang mengandung warna kebiruan/kehitaman. Karena hal itu menunjukkan adanya kandungan asam sianida yang besifat racun bagi manusia.

2.    Jagung
Jagung bisa dikonsumsi secara langsung maupun diolah menjadi tepung jagung atau tepung maizena. Energi yang terkandung dalam jagung setara dengan beras. Selain itu jagung mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh seperti gula, minyak, kalium, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, B1, B6, dan C. Termasuk asam lemak esensial yang penting untuk pertumbuhan, kesehatan kulit, mencegah penyakit jantung dan stroke. Terdapat pula kandungan serat yang penting untuk menurunkan kadar kolesterol.
Namun jagung juga termasuk bahan pangan dengan Indeks  Glikemik sedang, karena memiliki kadar gula yang cukup tinggi.

3.    Sagu
Kandungan energi pada 100gr tepung sagu sebesar 355 kalori. Kadar protein, vitamin dan mineral lebih rendah dibanding makanan pokok lain, sehingga sebaiknya dikonsumsi bersama bahan-bahan lain yang memiliki kandungan gizi yang baik

4.    Kentang
Dibandingkan beras, kandungan karbohidrat, protein, lemak, dan energi kentang lebih rendah. Namun masih lebih baik daripada komposisi gizi umbi-umbi lainnya. Selain  kaya akan vitamin C dan B1, kentang mengandung berbagai mineral seperti kalsium, fosfor, besi, dan kalium. Sementara kandungan natriumnya sangat rendah, sehingga menguntungkan bagi kesehatan. Khususnya dalam mencegah hipertensi. Kentang juga baik bagi penderita diabetus melitus dan anemia. Energi yang terkandung dalam 100 gram kentang sekitar 80 kalori.

5.    Garut
Umbi garut memiliki tekstur lembut dan mudah dicerna. Itu sebabnya garut dianjurkan untuk dikonsumsi orang yang baru sembuh dari sakit, maupun pengidap autis.
Kadar proteinnya lebih rendah dari beras, namun setara dengan kadar protein yang terkandung dalam sagu, tepung singkong, tepung tapioka, tepung kentang, dan maizena.

6.    Talas
Kandungan karbohidrat pada talas cukup tinggi meskipun tidak sebesar beras dan singkong. Mengkonsumsi talas dapat mengurangi resiko gangguan jantung karena makanan ini tinggi kalium. Selain itu, talas juga meningkatkan kadar basa pada mulut sehingga bisa membuat gigi lebih kuat. Tetapi karena talas mengandung asam oksalat, sebaiknya dihindari oleh penderita gangguan ginjal, gout, atau rematoid arthritis.

Sebagai pembanding, di bawah ini adalah komposisi nutrisi yang terkandung di dalam beras :
Beras atau nasi menjadi makanan unggulan karena mudah didapat dan di olah, rasanya enak dan netral, serta mengenyangkan. Dalam 100 gram nasi terdapat 363 kalori energi, protein, vitamin, mineral, dan kalsium. Namun, nasi memiliki serat yang rendah, serta indeks glikemik yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kandungan gula darah dengan cepat.


Demikian tadi beberapa contoh sumber pangan pokok beserta komposisi nutrisi yang terkandung di dalamnya. Setelah mengetahui bahwa ada banyak pilihan bahan pangan yang bisa memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi tubuh, saatnya kita mulai membiasakan diri mengkonsumsi aneka bahan pokok tersebut. Sebagai langkah awal,  gerakan ini bisa dimulai dengan satu hari dalam seminggu, tanpa beras dan terigu. Sebagai pengganti, selama sehari itu, masyarakat bisa mengkonsumsi sumber karbohidrat lain seperti singkong, jagung, kentang, sagu, atau lainnya.

Gimana, tertarik mencoba? Jadi JANGAN MAKAN  NASI!!...sehariii aja dalam seminggu.


Sumber Artikel :
1.    Pangan Nusantara Dan Kearifan Lokal – Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Indonesia
2.    www.tempo.co
4.    pusatmedis.com
5.    Sajian Non Beras – Buklet Majalah Kartini



Continue reading ...

Rabu, 05 Desember 2012

AYO BELAJAR

0 komentar
Semester awal tahun ini, aku ikutan kursus pengembangan diri di sebuah institusi yang  sangat terkenal itu. Skala internasional gitu deh. Cukup seru, meskipun aku jd siswa ter"dewasa" di kelas. secara teman-teman aku rata-rata anak kuliahan or university graduated yang lagi prepare buat cari kerja. (ada juga sih yg dah kerja, tapi masih muda2 gitu. Tapi, biarpun paling tuwir, urusan semangat..wo...juara. 
Nah, pertanyaan yang paling sering muncul adalah....Setiap sesi kami biasanya diminta untuk memperkenalkan nama dan aktifitas kami. Of course dengan mantab aku menyebutkan "ibu rumah tangga" sebagai aktifitas utama. Di situlah orang mulai mengernyitkan dahi. Ibu rumah tangga???...Ngapain juga musti capek2 belajar tentang business etiquette, protokoler, personal growth, etc. Buat apa gitu?? Pantesnya kan ikutan kursus masak apa  jahit gitu. 

Ini nih yang paling bikin aku gemes. Yang bikin aku pengen tereak sekenceng-kencengnya biar seluruh dunia denger. Hallooww...kok kayaknya ibu RT itu sesuatu yang tidak membanggakan sama sekali. Sampe2, biasanya para ibu bilang, "cuma ibu rumah tangga kok.."(senyum malu2 mode on), ketika ditanya apa kegiatannya. Gile!!..ibu RT dibilang "cuma"..Sekarang aku nanya deh, di seluruh muka planet yang bernama bumi ini adakah universitas yang membuka jurusan IBU RT? (Kalo ada boleh deh bagi info ke aku). Ndak ada sekolahnya lo.. Tapi begitu nyemplung ke dalemnya,seorang perempuan mesti menghadapi banyak sekali persoalan. Karena sebagai manager RT, dia mesti memegang tanggungjawab berbagai urusan. Dari mulai urusan dapur, mengelola keuangan keluarga, mengasuh anak sampai bagaimana menjadi partner buat suami. (Kayak yang di iklan TV, seorang ibu adalah chef, dokter, guru les, etc).Berarti dia kan mesti menguasai ilmu cooking, nutrisi, manajemen keuangan, parenting, psikologi, dan banyak lagi. Karena kalau tidak, bagaimana dia bisa menyajikan masakan yang sehat dan bernutrisi utk keluarganya. Bagaimana dia akan mendidik anak2 dan menjawab pertanyaan2 ajaib mereka yang sering kali di luar jangkauan otak orang dewasa. Bagaimana pula dia bisa mengimbangi pembicaraan suami sekaligus menjadi supporter. Dan masih banyak bagaimana2 yang lain..Sekarang, masihkah ada yang berpikir bahwa untuk jadi ibu RT itu gampang. Kata orang"mengalir sajalah,nanti kan juga pasti bisa". Bisa sih bisa.cm..hasilnya beda kali ya..

Buat aku sih, seorang ibu RT adalah profesi yang sangat LUAR BIASA dan nggak mudah. Jam kerjanya gak jelas, gak ada upah lembur biarpun begadang semalaman nungguin anak sakit. Nggak akan dapat promosi meskipun anak2 tumbuh sehat dan juara kelas. Gak bakal dapet bonus saat menyajikan masakan yang maknyus dan rumah tertata dengan rapih.Yang ada, kalimat "gimana sih ibunya, ngapain aja..?" ketika anak sakit, ato rapornya kebakaran. Dari Senin sampe Senin lagi yang diadepin ya itu2 mulu. Beda banget kan dengan yang kerja kantoran. 

Jadi, menimbang semua hal di atas, menurutku WAJIB hukumnya buat para ibu RT untuk selalu belajar, selalu upgrade kualitas diri. Belajar?..kayak anak sekolahan aja..Hari gene..media buat belajar kan bejibun. Bisa dari buku, belajar ke Prof.Gugel, kalo perlu ikut2 seminar. Biar bisa jadi ibu RT yang profesional. Nggak mau kan kalo suami n anak2 lebih suka jajan ketimbang makan di rumah. Ato anak2 lebih suka ngobrol sm temen2nya gara2 kita dianggap nggak nyambung ama topik mereka. Or yang lebih parah lagi, suami lebih betah di kantor atawa malu ngenalin kita ke relasinya gara2 kita dianggap kuper. No,no,,,jangan sampe kejadian.

So, ayo para ibu..JANGAN BERHENTI BELAJAR..

Oya, mau tau harapanku? Aku pengen jadi istri yang bisa jadi partner,sahabat,dan kekasih suamiku. Aku juga pengen jadi sekolah untuk anak2ku. Tempat pertama yang mereka tuju untuk bertanya dan bercerita.Semoga aku bisa membantu suami dan anak2ku menemukan potensi mereka yang akan menjadikan mereka sebagai manusia2 hebat. Untuk itulah..aku akan terus BELAJAR..





(05/12/2012)

Continue reading ...

Sabtu, 24 November 2012

Menebar Manfaat

0 komentar
Kali ini saya pengen berbagi cerita tentang seorang sahabat yang menebar manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Namanya Widya..

Sahabat ini (yg potonya ada di atas) adalah seorang sarjana yang tadinya sempat bekerja di institusi pendidikan di dekat rumahnya. Namun, karena merasa tidak cocok dengan sistem dan birokrasi yang ada.. akhirnya dia berhenti dari karirnya, dan untuk sementara membantu usaha suaminya di rumah. Begitu dia jalani beberapa saat. Sampai pada titik, dia merasa hidupnya tidak berarti karena tidak punya sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajarinya. Dari sinilah Allah mempertemukan kami. Tepat pada saat saya membutuhkan pengajar untuk kursus baca tulis di lembaga pendidikan saya. Dan inilah kami...dua perempuan yang punya minat sama di dunia pendidikan, dua perempuan yang bermimpi untuk menebar manfaat, dua perempuan yang ingin hidupnya punya arti bagi lingkungan sekitar.
Di lembaga inilah, kami mencurahkan pikiran dan tenaga untuk membimbing para balita belajar membaca dengan cara yang menyenangkan. Sampai pada akhirnya, saya harus menghentikan operasional lembaga ini *kenapa?...lain kali akan saya ceritakan (he3..gak ada yang nanya yak?). Dan... kembali kami merasa sebagai manusia tak berarti dan tak bermanfaat.

Waktu terus berjalan.. Saya mengisi waktu dengan mengoptimalkan keterlibatan sebagai pengurus  organisasi ikatan istri karyawan di perusahaan tempat suami bekerja, ikut pelatihan ini dan itu, menebus waktu bersama anak-anak (karena sebelumnya sering ninggalin mereka). Tapi belum juga menemukan media yang tepat untuk berbagi manfaat.
Sementara Widya...telah menemukan dunianya kembali. 
Berawal dari mengajar membaca putrinya yang masih balita..sampai akhirnya beberapa tetangga bergabung belajar di rumahnya. Belakangan, teman-teman putranya yang duduk di SD juga ikut bergabung belajar bersama. Sore adalah waktu untuk belajar membaca para balita. Sedangkan siswa SD belajar setelah Maghrib. Saat ini jumlah muridnya sekitar 30 orang.
Dia dedikasikan waktu, tenaga, dan pikirannya secara cuma-cuma. Ya.. dia tidak memungut biaya sepeserpun pada murid-muridnya. Tetapi, meskipun gratis..bukan berarti asal-asalan. Widya tetap berupaya mengemas suasana belajarnya semenarik mungkin. Dia putarkan film yang mendidik, dia datangkan pendongeng,  dan kadang dia membagikan snack. Biarpun untuk itu harus rela merogoh koceknya. 
Tidak berhenti sampai di situ, dia juga ingin menambah wawasan ibu dari murid-murid balitanya. Dari hasil ngobrol berdua, akhirnya kami putuskan mengadakan diskusi tentang gaya belajar anak. Alhamdulillah diskusi ini berlangsung seru. Dan kami masih bermimpi untuk mengadakan diskusi-diskusi yang lain. Dengan harapan bisa sedikit membuka cakrawala berpikir para ibu yang ada di sana.


Widya masih terus mengajar..
Dan pelajaran yang saya dapat darinya adalah :

Bahwa dia adalah perempuan hebat yang piawai memanage waktu. D i sela kesibukan mengurus warung makan miliknya, dia sempatkan waktu untuk berbagi. Bayangkan, pagi dia harus belanja, kemudian memasak beraneka menu masakan, melayani pembeli. Sore mengajar membaca, malam mengajar siswa SD (he3..gak kebayang kalo saya yang harus begitu).

Bahwa dia murah hati. Karena meskipun tidak berlimpah materi, rela menyisihkan harta demi mensukseskan kelompok belajarnya. Sekedar diketahui, orangtua siswanya banyak yang lebih mapan secara finansial.

Bahwa dia tidak mudah patah semangat. Karena ternyata niatan berbuat baik tidak selalu ditanggapi dengan baik pula. Ada saja pihak-pihak yang merasa terganggu dengan adanya kelompok belajar gratis ini.

Bahwa menebar manfaat bisa dilakukan di rumah, tidak perlu  menunggu kaya.

Bahwa menebar manfaat harus dilandasi niat dan semangat kuat, serta pantang menyerah.

Bahwa saya masih terus berusahamenemukan pengganti dari "dunia" saya yang hilang.

"Khoirukum anfa'akum linnaasi"..Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
(24/11/12)
Continue reading ...
 

Copyright © arie widayanti Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger