Dalam buku-buku tentang perbedaan karakter pria dan wanita. Banyak sekali dibahas tentang perbedaan aksi mereka ketika menghadapi stress.
Wanita mengurangi stress dengan cara bicara alias curhat. Bukan dalam rangka mencari solusi, tapi untuk mendapatkan empati. Yang mereka butuhkan adalah seseorang yang memberikan dukungan sekaligus tempat untuk berbagi rasa. Jika tidak mendapatkan itu, dia akan merasa semakin tertekan.
Kebalikan dari itu, pria yang tertekan justru butuh ketenangan. Mereka lebih suka dibiarkan menyendiri. Untuk sementara waktu mereka akan menutup diri dari lingkungan sekitar, mengisolir diri. Bak masuk kedalam gua, dan memutuskan hubungan dengan dunia luar.
Nah, saat pria sedang berada dalam kondisi ini, wanita seringkali tidak bisa memahami. Wanita menerjemahkan sebagai tanda bahwa prianya mengacuhkan, tidak menghargai, -atau yang lebih parah- tidak mencintai lagi. Akibatnya, wanita merasa tersinggung dan marah. Bagi sang pria -yang sudah cukup tertekan dengan masalahnya- akan sulit mengontrol emosi, ketika menghadapi kemarahan pasangannya. Bisa anda bayangkan, ketika dua orang yang sama-sama terbakar emosi bertemu. Hhmmm..mungkin seperti bom waktu yang tinggal menunggu saatnya meledak..
Nah, saat pria sedang berada dalam kondisi ini, wanita seringkali tidak bisa memahami. Wanita menerjemahkan sebagai tanda bahwa prianya mengacuhkan, tidak menghargai, -atau yang lebih parah- tidak mencintai lagi. Akibatnya, wanita merasa tersinggung dan marah. Bagi sang pria -yang sudah cukup tertekan dengan masalahnya- akan sulit mengontrol emosi, ketika menghadapi kemarahan pasangannya. Bisa anda bayangkan, ketika dua orang yang sama-sama terbakar emosi bertemu. Hhmmm..mungkin seperti bom waktu yang tinggal menunggu saatnya meledak..
Saya sering membaca teori di atas, dan meng-amini-nya.
Pastinya anda berpikir bahwa semestinya, ketika pasangan sedang bersembunyi di dalam guanya, saya mampu memahami dan memaklumi, kalo perlu menciptakan situasi yang kondusif. Biar dia bisa bertapa dengan aman dan damai.
But, factually...it's really-really not as simple as that!
Ternyata..lelaki yang menarik diri itu nggak ada asyiknya sama sekali. Bikin ilfil. Bahkan dalam level akut, bisa menimbulkan bete yang amat sangat.
Lah, bukannya sudah paham teorinya, kok masih gondok juga sih?
Biar pembaca bisa memaklumi perasaan saya, silakan menyimak suara-suara yang sedang adu argumentasi di kepala *setelah dipasangin loud speaker*
Note :
- SM : Suara Malaikat
- SS : Suara Setan
- S : Saya
SS : Eh,biasanya kalo kamu lagi ngomong, suamimu dengerin sambil menatap wajahmu. Malah pake peluk-peluk segala. Kok sekarang, liat aja kagak, apalagi ngerespon. Kayaknya dia gak mau denger apa yang kamu omongin. Menyepelekan banget deh.
S : Bener banget. Kayak ngomong sama angin. Gondok deh..
*dan seharian saya cuekin dia*
SM : Yee, siapa tau dia lagi cape, lagi ada yang dipikirin
S : Iya juga sih
*merasa bersalah..bikinin minum. nemenin makan*
SS : Kalo emang ada masalah cerita dong, kamu kan bisa bantu. Berarti dia gak percaya kemampuanmu. Tuh..tuh, kalo kamu deketin dia keliatan gak suka. Tidurnya aja munggungin. Eh..kamu tuh gak dibutuhin lagi. Udah, mending jauh-jauh deh. Jangan mau kalah, cuekin ganti. Gengsi dong, masa cewek yang deketin dulu.
*tidur di kamar anak-anak. Pura-pura nemenin terus ketiduran*
SM : Hei, dia kan lagi setres. Dan kamu udah tau teorinya, pahamin dong. Itu kan kayak kamu kalo lagi mau dateng bulan. Manyun, bete, jutek, muka kamu gak enak diliat.
S : Iya juga ya...*inget kelakuan kalo pas PMS*
S : Iya juga ya...*inget kelakuan kalo pas PMS*
*pindah ke kamar sendiri. euleuh..*
SS : Yee..beda dong, itu kan karena hormon. Udah, cuekin aja. Kalo dia minta "jatah" jangan dikasih. Mendingan tidur sama anak-anak aja. Salah sendiri. Kayak gitu mah, perlu dikasih pelajaran. Biar dia tahu kalo kamu itu gak bisa diperlakukan semena-mena.
S : Sudah..sudaaaaaaahhhhhh...diam semuaaaaa!!!!
*SM dan SS kabur ketakutan*
*tarik napas panjang...merenung..*
Ya Allah..
Begitu lemahnya diri ini
Hamba tahu, dia tidak bermaksud begitu
Dia pasti sedang gundah,
Mengapa hamba justru menambah kegelisahannya
Ampuni..
Baru sampai di sini kemampuan hamba menata hati
*lempar emosi dan jaim ke recycle bin, senyum semanis mungkin, bikinin minum, mijitin, and so on...*
Ada yang pernah mengalami kasus seperti ini?
*Big hug for ayah... :D
Ada yang pernah mengalami kasus seperti ini?
*Big hug for ayah... :D