Seperti biasa, pagi tadi saya mengantar Faiq dan Eza berangkat sekolah. Untuk mengarungi*hehe..lebay deh* jarak sekitar 5km itu, saya lebih suka pake motor. Yup..sepeda motor matik tepatnya. Kenapa di saat teman-teman lebih suka naik mobil saya justru bermotor ria? Padahal, jelas-jelas lebih lebih nyaman naik mobil. Gak kena asap knalpot yang bikin hidung jadi gatel sampe bersin-bersin. Adem pula...
Here is the reason :
Waktu berangkat sekolah adalah jam sibuk dimana jalanan dipadati aneka kendaraan. Hampir semua tergesa-gesa. Baik yang menuju tempat kerja, maupun sekolah. Dan bisa dipastikan kepadatan ini akhirnya menciptakan macet serta ruwet. Tidak hanya di jalan raya... di area parkir sekolah juga.
Kalo naik mobil.. kebayang gak, gimana betenya pas lagi ngejar waktu, sementara kendaraan kita tak berkutik. Maju tak bisa, nyalip pun gak mungkin. Ditambah kicauan anak-anak, "waduh, kalo telat, bakal disuruh ke kantor nih". Belum lagi bunyi klakson dari kendaraan di belakang yang terus-terusan di pencet. Huft..kadang suka bingung juga. Maksud mereka nge-klakson tuh apa sih? Apa dikiranya kita sengaja berhenti buat menikmati suasana macet kali ya. Pan kita juga pengen buru-buru.
Nah, laen ceritanya kalo naik motor. Di atas bodi rampingnya, saya bisa meliuk-liuk di sela mobil-mobil yang merayap *dan kadang mendekam* itu. "Berhasil! berhasil! horeee!" begitu hati saya bersorak tiap kali menyalip. Walhasil...saya bisa sampe sekolah dengan lebih cepat. Dan, anak-anak tidak perlu berurusan dengan guru piket di kantor. Tapi harap dicatat ya, biarpun meliuk-liuk begitu, saya tetap tertib berlalu lintas lho.
Ngomong-ngomong soal tertib berlalu lintas, kayaknya banyak yang masih kacau deh. Sering lihat kan? Pas lampu merah nyala, eh masih nerobos juga. Atau tiba-tiba belok motong jalan tanpa kasih tanda. Kita sesak napas, dianya ngacir tanpa dosa *Jangan-jangan mereka gak ngeh kalo tiap kendaraan dibekali lampu sein*. Pernah gara-gara kasus serupa, saya harus ngerem mendadak, sampe Eza terpental kejedot dashboard. Akibatnya, mulut dia jadi manyun.
Ada lagi, sudah nyalain lampu sein sih, tapi nggak dimatiin. Kendaraan di belakangnya kan jadi bingung. Belum lagi motor yang jalannya zig zag. Atau yang lebih parah, mengendara motor sambil sms-an. Haduuuhhh.. Nantang bahaya banget deh.
Suka kepikiran.. gimana ya caranya bikin orang sadar. Bahwa ketidak tertiban berlalulintas itu , selain membahayakan diri sendiri, juga merugikan orang lain. Bahwa itu bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk kedzoliman.
Hmmm..kalau harus menyadarkan orang lain, kayaknya sulit ya. Mungkin akan lebih mudah kalau kita mulai dari lingkungan atau keluarga kita dulu. Sebagai orangtua kita bisa mulai menanamkan kesadaran dan aturan lalu lintas yang benar kepada anak-anak sejak dini. Dengan memberikan contoh yang baik, semoga -ketika tiba saatnya mereka berkendara kelak- mereka akan mengingatnya, dan menjadi pengendara yang tertib dan santun.
Ngomong-ngomong soal tertib berlalu lintas, kayaknya banyak yang masih kacau deh. Sering lihat kan? Pas lampu merah nyala, eh masih nerobos juga. Atau tiba-tiba belok motong jalan tanpa kasih tanda. Kita sesak napas, dianya ngacir tanpa dosa *Jangan-jangan mereka gak ngeh kalo tiap kendaraan dibekali lampu sein*. Pernah gara-gara kasus serupa, saya harus ngerem mendadak, sampe Eza terpental kejedot dashboard. Akibatnya, mulut dia jadi manyun.
Ada lagi, sudah nyalain lampu sein sih, tapi nggak dimatiin. Kendaraan di belakangnya kan jadi bingung. Belum lagi motor yang jalannya zig zag. Atau yang lebih parah, mengendara motor sambil sms-an. Haduuuhhh.. Nantang bahaya banget deh.
Suka kepikiran.. gimana ya caranya bikin orang sadar. Bahwa ketidak tertiban berlalulintas itu , selain membahayakan diri sendiri, juga merugikan orang lain. Bahwa itu bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk kedzoliman.
Hmmm..kalau harus menyadarkan orang lain, kayaknya sulit ya. Mungkin akan lebih mudah kalau kita mulai dari lingkungan atau keluarga kita dulu. Sebagai orangtua kita bisa mulai menanamkan kesadaran dan aturan lalu lintas yang benar kepada anak-anak sejak dini. Dengan memberikan contoh yang baik, semoga -ketika tiba saatnya mereka berkendara kelak- mereka akan mengingatnya, dan menjadi pengendara yang tertib dan santun.
Itu cerita saya...satu dari sekian banyak mom ojekers. Ibu yang berprofesi sebagai tukang ojek buat anak-anaknya. Lantas..apakah saya juga masih ngojek saat menjemput sekolah pukul 15.30? Hehe...karena buat pulang gak perlu terburu-buru, kayaknya enakan pake mobil deh..
0 komentar:
Posting Komentar